Gambaran umum
- Proses perluasan Islam di Jawa Barat lebih banyak dikisahkan melalui gerbang Jawa Barat yakni Cirebon. Proses ini menjadi mungkin Karena kondisi kekuasaan politik yang kuat waktu itu di Jawa adalah Jawa Tengah. Tetapi islamisasi di Indonesia melaui pintu barat. Oleh Karena itu mempunyai kemungkinan besar bila masuknya Islam dari pintu gerbang barat.
- Naskah Carita Purwaka Caruban Nagari menyebutkan adanya dua orang guru agama islam yaitu Syekh Quro di Karawang dan Syekh Nurjati di Amparan Jati (daerah Gunung Jati sekarang). Menurut naskah tersebut, Syekh Quro adalah Syekh Hasanuddin, putera Syekh Yusuf Sidiq seorang ulama terkenal dari negeri Campa. Seorang murid Syekh Quro adalah Nyai Subanglarang, puteri Ki Jumamjanjati (Ki Gede Tapa), penguasa pelabuhan Muhara Jati pengganti Ki Gedeng Sindangkasih. Atas kebaikan Ki Jumajanjati, Syekh Hasanuddin mendirikian pondok pesantren di Karawang. Dalam naskah itu, Syekh Nurjati disebut pula Syekh Datuk Kahpi atau Syekh Idhopi. Salah seorang muridnya ialah Walangsungsang, putera Nyai Subanglarang dari Raja Sunda, Prabu Siliwangi. Walangsungsang inilah yang menjadi perintis pembangunan kota Cirebon pada sekitar 1455M.
- SYARIF HIDAYATULLOH Sunan Gunung Jati Cirebon lahir 1450 M. Setelah belajar dari Syekh Datuk Kahfi Ia meneruskan belajar ke timur tenngah. Menikah dengan adik bupati banten Nyai Kawunganten, memiliki anak Ratu Wulung Ayu dan Maulana Hasanudin Sultan banten I.
- Walaupun bentuk dan isinya tidak diketahui dengan jelas, sumber tradisional lokal mengungkapkannya dalam konteks Islami di Tatar Sunda sebelum kota pelabuhan Cirebon terwujud. Adapun di daerah pedalaman pesantren yang pertama didirikan adalah pesantren Pamijahan di Tasikmalaya Selatan yang didirikan oleh Syekh Abdul Muhyi sekitar pada abad ke-17. Setelah itulah muncul pesantren-pesantren d sejumlah tempat di Tatar Sunda hingga masa sekarang baik yang berusia lama maupun yang umurnya sebentar.
- Ada dua hal yang menarik dari profil pesantren di Tatar Galuh pada masa awal Islamisasi sampai abad ke-19. Pertama, terdapat kemiripan pola dan karakter antara pesantren dengan mandala/kebuyuran, Keduanya menempati lokasi tertentu yang terpisah dari pergaulan masyarakat yang luas, pola hidup penghuninya mandiri, otoritas guru dominan, dan penggunaan naskah sebagai sarana bahan ajar. Contoh yang mencolok adalah pesantren di Pamijahan yang didirikan dan dikelola Syekh Abdul Muhyi. Di samping lokasinya terpencil di daerah pedalaman, pesantren ini juga dilengkapi dengan gua (Gua Saparwadi) sebagai prasarana ibadah ibadah dan pendidikan layaknya sebuah pertapaan.
- Metode dakwah Syekh Abdul Muhyi sama dengan yang dilakukan Wali Sanga. Oleh karena itu Syekh Abdul Muhyi dianggap sebagai seorang wali oleh masyarakat Jawa Barat. Bahkan tradisi setempat menyebutnya wali kesepuluh yang meneruskan tradisi Wali Sanga.
- Para bupati sukapura, manonjaya merupakan murid dari syekh Abdul Muhyi. Selanjutnya penyebaran islam di sekitar parahyangan tasikmalaya, ciamis, garut dan daerah lain. Dilanjutkan oleh para keturunan SYEKH ABDUL MUHYI PAMIJAHAN. Penyebaran Islam dilakukan melalui jalur Geneologi/keturunan, Hubungan Guru Murid serta melalui Perkawinan.
- Sebagaimana contoh penyebaran Islam di Tasikmalaya daerah Awipari Cibeureum, proses penyebaran Islam memalui jalur keturunan Syekh Abdul Muhyi dengan membuka pesantren. Pendiri Pesantren Awipari (sekarang Pesantren KH. Bustomi Awipari) merupakan keturunannya dari istri Nyai Mas Ayu Bakta.
- Dengan silsilah : Syekh Abdul Muhyi berputra Nyi Mas Madikusumah berputra Syekh Imam Waji berputra Eyang Haji Naim berputra Eyang Hajah Rukayah berputra Mama Husain (pendiri PP Awipari) berputra Mama Masduki berputra KH. Bustomi (penggantian nama PP menjadi PP Awipari KH. Bustomi).
- Dari alumni kemudian menyebar ke daerah sekitar Tasikmalaya. Seperti di kelurahan Awipari banyak didirikan Pesantren, sehingga masyarakat menyebutnya kampung Pasantren. Sampai sekarang Tasikmalaya dikenal denga Kota Seribu Pesantren.
- PENINGGALAN ISLAM DI TASIKMALAYA
- Makam Syekh Abdul Muhyi
- Goa Safarwadi
- Mesjid Manonjaya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar